Selasa, 09 Desember 2014

Suci menampar pipi Hendra. "kita PUTUS" teriak Suci. Hendra hanya diam tak berdaya dengan apa yang sedang terjadi. Suci pergi meninggalkan Hendra sendirian di sebuah kafe. Mata para pengunjung kafe tertuju pada Hendra. Tak lama kemudian, dengan wajah agak kusut Hendra pun pergi meninggalkan kafe itu dan menaiki sepeda motornya. Dikebutnya motor itu menuju tempat kosnya dalam dinginnya malam. Hujan pun mulai turun, rintik-rintik membasahi bumi. Hendra berfikir bahwa langit pun ikut menangisi dirinya. Hujan pun semakin deras, Hendra basah kuyup saat tiba di tempat kosnya. Ia pun mandi dan tidur. Ia berusaha melupakan kejadian yang ia alami hari ini. . Keesokan harinya, Hendra yang sedang tidak ada jadwal kuliah pun pergi ke mall untuk refreshing. Setibanya disana, ia langsung menuju sebuah distro tempat menjual pakaian-pakaian berkualitas. Setibanya disana, tak sengaja ia juga melihat Suci sedang memilih celana. Hendra sedikit ragu untuk menyapanya. Tiba-tiba Suci pergi dari tempat itu. Mungkin tidak ada celana yang cocok untuknya, atau ..., Hendra membuntuti Suci dari belakang, ia pun melihat Suci menemui seorang lelaki yang cukup tampan dengan tinggi sekitar 168-170 cm. Sakit hati Hendra melihatnya, ia langsung pergi ke restoran di mall itu. Ia mengingat dengan jelas betapa mesra Suci dan lelaki itu. "bodohnya aku termakan rasa cemburu bila kuingat-ingat saat itu, tapi kucoba nikmati semua yang terjadi kini, dan hati kecilku berkata tapi kutak bisa, aku tak bisa melihat dirimu dengannya, karena ku pasti cemburu, pasti cemburu, pasti cemburu" Hendra pun pergi ke tempat parkir guna mencari motornya dan segera pulang. Tetapi kemudian ia kembali melihat Suci berjalan sambil bergandengan tangan bersama lelaki itu.

Rasa kesal pun muncul di hati Hendra, emosi dan kemarahannya meluap-luap. Tak sanggup dibendungnya. Akhirnya ia menghampiri mereka dan menghajar habis lelaki itu. Suci kaget dan menarik tangan Hendra lalu melindungi lelaki itu yang merupakan sepupunya. "apa-apaan sih loe pukulin sepupu gue, ini Anton, sepupu gue dari Kediri" bentak Suci. "eh, maaf, aku nggak bermaksud" kata Hendra. "udah mbak, nggak papa kok" kata Anton sambil memegangi pipi dan perutnya. "ini alasan gue ninggalin loe, loe tuh terlalu overprotective, kekanak-kanakan, emosian, nyebelin banget" bentak Suci. "maaf maaf" pinta Hendra. "ayo dek, kita tinggalin cowok brengsek ini" ajak Suci sambil memegang tangan Anton. Lagi-lagi Hendra terdiam. Ia hanya bisa diam. Ia merasa sangat bersalah sekali. "Kenapa gue nggak mikir, kenapa langsung gue hajar tuh sepupunya Suci, kenapa gue sebodoh ini, sialan" pikir Hendra. "mungkin semua harus terjadi, kesalahan yang telah kuperbuat jadi penyebab kau pergi, bila ku kan mati disini, mati dalam penantian yang tak bertepi dan terkubur dalam penyesalan yang tak bertepi"Beberapa hari kemudian, Hendra hendak bunuh diri. Ia memegang sebuah pisau. Ketika ia hampir memotong urat nadinya, ia teringat akan kata-kata temannya, "putus bukanlah akhir dari segalanya, jadilah lebih baik dari sebelumnya, hari esok masih menanti". Kata-kata itu memotivasi Hendra untuk kembali mempunyai semangat hidup yang baru, ia berjanji akan melupakan Suci dan kembali melanjutkan hidupnya. "dirimu dihatiku sudah terlalu lama, dan biarlah kumencoba, untuk tinggalkan semua.

0 komentar:

Blog Archive

Popular Posts