Rabu, 10 Desember 2014



Nama : Ricko Toniel
Kelas : XI IIS 1
No. Absen : 26

KEINGINAN YANG TERWUJUD OLEH SEMANGAT
                       
Tak pernah terlintas di benak Jo yang membuat dirinya harus melamun, membayangkan akan masa depannya. Dirinya bagaikan rumput yang siap ditiup angin, yang harus memaksakan diri untuk menerima nasib. Kini keinginannya untuk menjadi seorang atlet harus terombang-ambing dengan kondisi ekonomi keluarganya. Bagaimana tidak harus makanpun dia harus bekerja, agar dapat membeli  sebungkus nasi untuk dirinya dan ibunya yang terbaring sakit di tempat tidur.
Sinar mentari pagi membangunkan Jo dari bangunnya, tidak seperti anak-anak umumnya yang harus mengawali paginya dengan sekolah, namun tidak dengan Jo yang harus bekerja demi untuk mkan. Tanpa harus sarapan, dia melangkahkan kaki mencari botol dan kardus bekas  di sampah dan dipinggir jalan.                                                                                                                      

“Bu, Jo berangkat kerja dulu ya!”                                                                                                                                
“Oh ya nak. Hati-hati”.
“Iya, bu. Nanti kalau udah dapat uang, saya belikan nasi”.
“Iya nak”.
            Walaupun harus menghirup bau tak sedap dari tempat sampah, Jo tetap melakoninya dengan semangat. Merasa karung sudah penuh, Jo menjualnya ke bandar rosokan.
“Bang, mau jual rosok?”.
“Ya, taruh di timbangan saja”.
“Iya bang”.
“Jadi, semuanya 10.000”.
“terima kasih bang”.
“Iya sama-sama”.
            Tak sering lagi Jo selalu mampir di Gedung besar untuk melihat orang-orang yang sedang latihan bulutangkis. Gedung besar dan mewah itu adalah idaman Jo agar dapat latihan dan mengembangkan bakatnya untuk bisa menjadi seorang Atlet Bulutangkis. Keinginan tersebut kini hanya menjadi sebuah mimpi yang entah akan terwujud atau tidak, karena ekonomi keluarganya yang pas-pas’an sejak ayahnya meninggal. Setelah puas melihat orang latihan, Jo pulang dan membelikan nasi untuk ibunya.
“Bu, ini nasinya, silahkan di makan keburu dingin”.
“ya, nak “
“oh ya, ini  bu ini turahan uang dari hasil mulung tadi”.
“Iya nak, ibu akan tabung uangnya”.
            Disaat ada waktu luang Jo biasanya menghibur diri dengan bermain bulutangkis dengan tetangganya. Dia melakukannya semata-mata untuk menghilangkan kelelahan di tubuhnya yang sudah bekerja seharian, sekaligus untuk menyalurkan hobinya. Walaupun raket dan shuttlecock yang dimiliki sudah kusam, namun Jo tidak patah semangat. Dia tetap mengayuhkan raketnya.
            Keesokan harinya,Jo tetap melakukan kegiatan seperti biasanya . Tak sengaja saat melewati Gedung Besar ,dia melihat di papan pengumuman yang berisi “Akan ada tournament seminggu lagitanpa dipungut biaya ”. Jo pun berambisi ikut serta dalam tournament tersebut. Jo meminta tolong kepada tetangganya.
“Mas, bisa gak kita main bulutangkis setiap sore?” .
“Memangnya ada apa,  tumben ngomongnya serius?”.
“Itu mas, mau ikut tournament”.
“Ow, ya kalau ada waktu , saya akan sempetin untuk main sama kamu dan juga panggil mas dulu kalau mau main”.
“Iya mas, terima ksaih ya?”.
“Iya, sama-sama Jo”.
            Setelah seharian bekerja, Jo memanggil tetangganya untuk main bareng. Yang dilakukan Jo adalah semata-mata untuk melatih dan mempersiakan diri menjelang tournament.
“Mas, latihan yuk?”.
“O ya, ayo”.
“Ok, ambil raket dulu ya”.
“Kalau main itu jangan asal mukul, harus pakai perasaan?”.
“iya mas”.
            Sambil mengayuhkan raket , salah satu tetangga Jo mengejek dirinya.
“Latihannya giat bener?”.
“Oh iya, mau ikut tournament”.
“Emang bisa apa kamu, yang ikut di situ kan atlet beneran yang dilatih oleh pelatih profesional?”.
“Iya di coba aja ,itung-itung nambah pengalaman dan siapa tau bisa juara”.
“Ha..ha..ha juara dari mana “.
“Yang penting usaha dulu lah”.
            Hari tournament kuarang satu hari lagi akan dihelat. Persiapanpun suadah di persiapkan dengan matang. Dan  tak lupa juga Jo meminta doa retu kepada ibunya.
“Bu, besok Jo mau ikut tournament, Jo minta doanya ya?”.
“Iya nak, aku doakan suapaya dapat juara “.
“Amin , semoga juara “.
“Sudah tidur saja, udah malam juga, gak baik juga untuk kesehatanmu besok”.
“Iya bu, selamat malam”.
“Malam juga nak”.
            Pagi pun datang, Jo bergegas untuk pergi ke Gedung besar dan mewah itu. Disana Jo mendaftarkan dirinya untuk menjadi peserta di tournament  yang berhadiah 50.000.000. Tiba waktunya Jo tampil, sebelum dia tampil Jo melakukan pemanasan dan berdoa supaya dapat menang. Saat memasuki lapangan Jo tampak gugup. Babak pertama pun di lewatinya dengan baik hingga babak kedua. Dan Jo akan berhadapan lawan yang lebih alot lagi untuk mendapatkan tiket semi final. Hati Jo gembira dan ingin sekali menceritakan perjuangannya kepada ibunya.
“Bu, Jo masuk semi final”.
“Oh ya, bersyukur bisa masuk semi final”.
“Ow ya, aku tadi ngalahin lawan dengan skor telak, walaupun aku tanpa pelatih aku dapat nunjukin semangat aku kepada lawan”.
“Iya jangan mudah puas, masih banyak perjuanganmu untuk jadi juara?”.
“Iya bu, aku tidur dulu ya?”.
“Iya, nak”.
            Hari yang di tunggu pun tiba, Jo bergegas berangkat dan mengahadapi lawan untuk mendapatkan tiket semi final. Dia bermain dengan semangat dan juga main lepas . Poin demi poin diraihnya hingga mendapatkan poin 21-19 untuk kemenangan Jo, pada babak kedua Jo mendapatkan tekanan di akhir game untuk mendapatkan kemenangan , namun Jo dapat mengatasinya. Dan dapat mengamankan tiket Final.
            Dipartai puncak Jo ditantang lawan juara bertahan tahun lalu, walau berhadapan dengan juara bertahan Jo sempat merasa gerogi dan mlinder saat memasuki lapangan. Ini merupakan kesempatan Jo untuk menang. Poin yag didapat pun sangat ketat, saling kejar-kejaran poin game pertama pun Jo mampu menang dengan skor 21-19, pada game kedua lawan mampu memperbaiki kesalahan dengan unggul 21-19. Pada game ketiga pertandingan begitu berlangsung seru, hingga para penonton tercengang dengan permainan mereka berdua. Skor poinpun saling ketat di poin 18-18, namun Jo tetap semangat ,hingga merubah nilai 20-19 untuk kemengan Jo, pada saat poin akhir, Jo teringat tentang pesan tetangganya yang melatih Jo bahwa “kalau bermain, pakai perasaan”. Jo pun melakukan servise dan tidak gampang untuk melakukan kesalahan ,hingga pada akhirnya Jo mampu memanfaatkan peluang dengan smashnya yang tidak dapt di kembalikan lawan.
            Jo mampu menjadi juara 1 dan mampu mengalahkan juara bertahan, hinnga mengantarkan dirinya naik podium tertinggi dam menerima hadiah. Tak hanya hadiah juga namun dia juga dipanggil oleh PBSI untuk menjadi atlet pelatnas. Tiba dirumah Jo mengabarkan kemenangannya kepada ibunya.
“Ibu Jo menang, dapat juara 1”.
“Ibu bangga padamu nak”.
“Iya bu, oh ya aku juga dipanggil pelatnas dan juga aku dapat sekolah lagi “.
“Iya nak, sekarang kamu juga tidak usah cari botol lagi?”.
“ini semua berkat doa ibu khan?”.
“Dan juga usahamu nak”.
            Kini sekarang Jo dapat merubah nasibnya. Dia dapat mencari pekerjaan yang lebih baik sebagai atlet nasional. Kini perjuangan Jo yang sesungguhnya baru di mulai demi untuk mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Jo berharap suatu saat nanti dia dapat mendapatkan gelar juara di tournament yang berkelas internasional.


           






0 komentar:

Blog Archive

Popular Posts